Obyekyang alamiah tersebut merupakan obyek yang apa adanya, tidak ada manipulasi oleh peneliti (Sugiyono, 2014). Menurut Mukhtar (2013) penelitian kualitatif merupakan penelitian untuk mengungkap fakta empiris secara obyektif ilmiah. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi literatur.
– Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada 1293 dan mencapai kejayaan pada era pemerintahan Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada. Sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh akibat serangan dari Demak. Sebelum keruntuhannya, Majapahit menjadi kerajaan yang toleran dengan keberagaman agamanya. Salah satu bukti adanya toleransi beragama yang tinggi di Majapahit adalah Hayam Wuruk yang menganut Hindu Siwassidharta dapat hidup berdampingan dengan ibunya Tribhuana Tunggadewi yang menganut Buddha. Baca juga Tribhuwana Tunggadewi, Ratu Majapahit Penakluk Nusantara Agama di Majapahit Meski dianggap sebagai kerajaan Hindu-Buddha, Majapahit hanya menganggap dua agama resmi yaitu Siwa dan Buddha. Hal itu berdasarkan Prasasti Waringinpitu yang dikeluarkan oleh Raja Kertawijaya pada 1447 M, yang menyebut nama pejabat birokrasi kerajaan di pusat. Di antaranya adalah Dharmmadhyaksa ring kasaiwan atau pejabat yang mengurusi Agama Siwa. Satu lagi adalah Dharmmadhyaksa ring kasogatan atau pejabat yang mengurusi Agama Buddha. Dengan luasnya kekuasaan, penduduk Kerajaan Majapahit memiliki kepercayaan yang bermacam-macam. Ada yang memeluk Hindu, Buddha, ajaran Siwa-Buddha dan ada yang masih percaya dengan kejawen atau animisme. Ajaran Siwa dan Buddha merupakan sinkretisme dari agama Hindu dan Buddha yang berada di Nusantara. Ajaran ini bahkan sudah dikenal sejak era Mataram Kuno. Pada perkembangannya, peran agama Buddha semakin menghilang ketika Majapahit berada diakhir kejayaannya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya candi peninggalan Majapahit yang bercorak Siwa. Baca juga Contoh Sikap Kepahlawanan Masa Kerajaan Hindu, Buddha, dan Islam Islam di Majapahit Bukti kehadiran Islam di Majapahit adalah melalui penemuan pemakaman Islam kuno di Desa Tralaya, Trowulan, Mojokerto. Tempat tersebut tidak jauh dari kompleks kedaton Majapahit berdiri. Apabila dilihat dari nisannya, situs makam Tralaya berasal dari 1533 Saka atau 1611 M. Tahun tersebut masih dalam pemerintahan Hayam Wuruk dan ada beberapa penduduk yang memeluk agama Islam. Suasana kanal di Ibu Kota Majapahit Trowulan dalam poster National Geographic Indonesia, September 2102. Jaringan kanal kuno ini mulai diketahui setelah adanya kajian foto udara dan endapan pada 1983. Kanal dibangun sebagai adaptasi musim warga Majapahit. Bukti lain adalah dari keterangan Ma Huan, seorang penerjemah Laksamana Cheng Ho yang menyebutkan bahwa di Majapahit terdapat tiga golongan agama, salah satunya adalah Islam. Kebanyakan yang menganut muslim adalah saudagar yang datang dari barat. Baca juga Sejarah Masuknya Islam di Jawa Timur Toleransi di Majapahit Kehidupan sosial budaya masyarakat Majapahit sudah diwarnai dengan hal-hal yang bersifat keagamaan. Agama di Majapahit memiliki fungsi yang kompleks, salah satunya adalah menumbuhkan rasa toleransi antar warga. Selain itu, kerajaan juga memberikan pengakuan dan kesempatan yang sama terhadap para tokoh agama untuk duduk dalam pemerintahan. Bangunan suci yang berupa candi juga menjadi salah satu bentuk toleransi agama di Majapahit. Candi tersebut memiliki dua atau lebih dari sifat keagamaan yang menjadi bukti integrasi sosial dan toleransi di bidang agama. Candi itu tidak hanya untuk kalangan Hindu-Buddha, namun juga untuk kalangan muslim. Karena di era Hayam Wuruk sudah ada penduduk yang memeluk Islam. Kerajaan Majapahit sebagai salah satu dari kerajaan maritim Hindu-Buddha di Nusantara memiliki banyak keragaman di antaranya penganut agama yang berbeda. Meskipun demikian rakyat Majapahit dapat hidup rukun dan berdampingan. Raja selalu berusaha agar ketenteraman masyarakatnya dapat berjalan baik sehingga keragaman dalam keharmonisan dari masyarakat kerajaan Majapahit berpengaruh hingga saat ini dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dampak keragaman tersebut terhadap kehidupan masyarakat Indonesia masa kini adalah munculnya sikap toleransi dan empati dari masyarakat yang berbeda latar belakang status. Referensi Ricklefs. 2010. Sejarah Indonesia Mod. Yogyakarta Gadjah Mada University Press Munandar, Agus Aris. 2018. Wilwatikta Prana. Djakarta Wedatama Widya Sastra Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram “ News Update”, caranya klik link kemudian bring together. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Daririwayat kerajaan-kerajaan yang di jawa, tunjukkan minimal 3 fakta yang mencerminkan adanya toleransi beragama dalam kerajaan. Apa yang menjadi hal dasar pemhaman ahlusunah waljamaah? tolong bantu jawab!!! jelaskan manusia yang dulu jadi kera sampek jadi manusia sempurna . 3 contoh sosial budaya ? 1. Tahun ditemukannya Prasasti Mantyasih?2. - Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-11. Kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini sempat beberapa kali mengalami perpindahan pusat pemerintahan, dari Jawa Tengah hingga akhirnya ke Jawa Timur. Ketika di Jawa Tengah, Mataram Kuno diperintah oleh dua dinasti berbeda, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti pada periode Jawa Timur, yang lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Medang, diperintah oleh Dinasti Isyana. Meski bercorak Hindu-Buddha, masyarakat Mataram Kuno tetap memegang teguh toleransi antarumat beragama. Berikut ini bukti adanya toleransi antaraumat beragama di Kerajaan Mataram juga Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno Perkawinan beda agama Dinasti-dinasti yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno mempunyai perbedaan yang sangat mencolok, di mana Dinasti Sanjaya bercorak Hindu, sedangkan Dinasti Syailendra bercorak Buddha. Kekuasaan Mataram Kuno pertama kali dipegang oleh Raja Sanjaya, dibuktikan dengan Prasasti Canggal. Raja Sanjaya dikenal sebagai raja yang bijaksana, cakap, adil, dan taat dalam beragama. Di bawah pemerintahannya, kerajaan ini mejadi pusat pembelajaran agama Hindu, dibuktikan dengan banyaknya pendeta yang berkunjung dan menetap di Mataram. Sikapbertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini. 2. Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan.Kerukunandan toleransi antar umat beragama dalam GBHN disebutkan dalam Tap MPR No.II/MPR/1988, Bab IV huruf D, angka 1 ayat b dan ayat f. 4) Undang-Undang dan Peraturan lain
Fakta-fakta yang mencerminkan adanya toleransi beragama dalam kerajaan antara lain 1. Terlihat pada bangunan Candi Jawi di Jawa Timur di mana atapnya berbentuk stupa atau genta sebagai penanda bangunan suci agama Budha sedangkan di halaman candi pernah ditemukan arca-arca yang mewakili agama Hindu seperti Durga, Siwa, Ganesa, Mahakala, dan Nandiswara. 2. Terlihat pada tindakan Sunan Kudus yang pernah memerintahkan untuk tidak menyembelih dan mengkonsumsi sapi untuk menghormati masyarakat yang beragama Hindu yang menganggap sapi sebagai hewan yang suci. 3. Terlihat pada makam kuno Tralaya di Trowulan di mana beberapa batu nisan yang terdapat pada kompleks pemakaman Islam tersebut menggunkan tulisan dengan huruf Jawa Kuno dan Arab di setiap sisi yang berupa tahun Saka dan gambar sinar matahari yang biasanya dijumpai pada hasil karya seni pada zaman Kerajaan Majapahit. 4. Candi singasari memiliki unsur agama buddha di bagian atas dan unsur agama hindu di bagian bawahnya. 5. Dewan peradilan dalam kerajaan adalah orang orang yang berlatar belakang agama setara dengan pemuka agama 6. adanya integrasi dalam ritus dan budaya contohnya diberikanya penghargaan kepada raja Sri Mulavarman 1000 ekor sapi Integrasi budaya islam
Porosmediacom, Toleransi Beragama Dalam Islam - Toleransi atau as-samahah (arab) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama diantara kelompok masyarakat yang berbeda-beda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Oleh karena itu toleransi merupakan konsep yang bagus dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran
Berdasarkan riwayat kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Nusantara, tuliskan minimal tiga fakta yang mencerminkan adanya toleransi beragama dalam Tiga fakta yang mencerminkan adanya toleransi beragama dalam kerajaan1 Pembangunan Candi Borobudur juga melibatkan para pemeluk agama Hindu di wilayah Kedu. Candi Borobudur juga dikelilingi oleh banyak candi Hindu, seperti Selogriyo, Gunung Wukir, Gunung Sari, dan Sengi. 2 Wajah toleransi juga terlihat pada salah satu relief Karmawibangga di kaki Candi Borobudur. Relief ini menggambarkan tokoh-tokoh agama memberi wejangan dan melakukan tapa. Tidak semua dari mereka biksu, ada juga pendeta Siwa dan Perkawinan antaragama. Contohnya adalah perkawinan Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa dan Pramodawardhani dari Wangsa Sailendra yang beragama Buddha lupa komentar & sarannyaEmail nanangnurulhidayat terus OK! 😁
.